Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Karang Tengah menjadi wilayah percontohan sebagai kelurahan tanggap bencana. Kelurahan ini juga mewakili Kota Tangerang dalam proses verifikasi kota sehat tingkat nasional.
Sekretaris Lurah Pedurenan Pradya Paramitha menyebut, upaya ini tercapai berkat kolaborasi warga dengan pihak kelurahan.
“Sebagai wilayah yang rentan terkena bencana terutama banjir, kami di sini selalu berupaya untuk siap dengan segala kemungkinan,” tuturnya, Senin (29/9/2025).
Pradya menyebut, wujud dari kelurahan tanggap bencana terlihat dari realisasi pembangunan Kelurahan Pedurenan. “Alhamdulillah tahun ini kami bisa merealisasikan banyak pembangunan sarana yang berkaitan dengan penanganan banjir,” sebutnya.
Kelurahan Pedurenan membangun aneka sarana seperti drainase, perbaikan turap, serta upaya normalisasi sungai untuk memperlancar aliran air ketika turun hujan. Pradya menyebut, pihaknya juga memiliki peralatan lengkap seperti life jacket dan perahu karet yang membantu proses evakuasi ketika terjadi banjir.
“Warga juga bahu membahu mendirikan posko bencana ketika banjir, salah satunya di Masjid Al Irsyad,” sebutnya.
Upaya lain adalah dengan berkolaborasi bersama warga membentuk komunitas Warga Tanggap Bencana (Wagana). Wagana sendiri merupakan komunitas di RW 06 Kelurahan Pedurenan, beranggotakan anak muda dari tiap-tiap RT untuk membantu proses evakuasi berlangsung.
Ketua Wagana Fajar Lubis menyebut, pihaknya membantu kelurahan dalam mengarahkan bantuan yang masuk ke wilayah ketika terjadi bencana. Fajar menilai, ketika banjir banyak bantuan yang sulit masuk akibat kondisi arus air yang menyulitkan tim untuk turun ke lapangan.
“Melalui Wagana, kami membantu membuat peta evakuasi ketika banjir serta mengoordinasi tim SAR dan relawan yang datang membantu ketika terjadi banjir,” tuturnya.
Fajar yang sudah aktif berkecimpung di dunia kebencanaan ini juga sedang menjadwalkan pelatihan water rescue bagi anggota Wagana. Ia menilai, penguatan kapasitas warga lokal yang terdampak langsung dari banjir sangat diperlukan untuk mempermudah proses evakuasi.
“Warga juga harus belajar tentang rute penyelamatan, proses evakuasi, sampai cara pendataan dan apa saja yang harus dilakukan di posko ketika terjadi bencana,” sebutnya.
Lewat kolaborasi ini, Pradya berharap warga bisa bersiap ketika terjadi bencana. “Meskipun kita tahu di sini sering banjir, tetapi kita bisa meminimalisasi dampak yang ditimbulkan,” tuturnya. (Luigi)