
Kobennews – Kota Tangerang atau Kota Benteng banyak menyimpan sejarah penting bagi perjuangan masyarakat lintas etnis, suku, bangsa, ras dan agama.
Bahkan sebelum kamar dagang Belanda atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang telah menjajah sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya hingga agama di nusantara.
Salah satu bukti sejarah penting yang terus ada hingga saat ini adalah parade atau pawai mengarak perahu yang penuh dengan hasil bumi saat momentum peringatan hari lahir atau Maulid Nabi Muhammad SAW dalam kebudayaan umat muslim.
Diselenggarakan oleh warga Kalipasir, kawasan multi etnis yang berada dalam area Benteng pengawas yang dibangun oleh VOC sebagai pusat pertahanan untuk mengadang pasukan Kesultanan Banten menuju Batavia di Barat Cisadane.
Mushab Abdu Asy Syahid Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang menyatakan, Arak-Arakan Perahu Maulid adalah bentuk ekpresi warga muslim yang merayakan salah satu hari yang suci atau sakral, tinggal di kawasan Benteng Belanda dengan penduduknya yang multi etnis.
“Dalam arsip tanah partikelir, faktanya kampung Kalipasir adalah salahsatu kampung kuno yang keberadaannya sudah ada sebelum benteng itu dibangun,””Kemudian di Kalipasir ada situs masjid jami dan makam yang diduga telah eksis selama 2-3 abad lamanya.
Dari arsip-arsip foto tahun 1939, 1950, 1972, 1995-96, membuktikan tradisi itu (arak-arakan perahu) sudah lama warga lakukan,” terangnya kepada wartawan Kota Benteng.
Arakan perahu maulid bagi masyarakat Kampung Kalipasir bukan hanya bentuk ekspresi semata. Juga menjadi ruang syiar mengabarkan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir umat muslim.
“Perahu berisikan berkat berupa buah-buahan, sandang-pangan, perlengkapan ibadah, dan perabotan sehari-hari tidak lagi diniatkan sebagai sesajian atau persembahan kepada dzat tertentu sebagaimana kepercayaan pra-Islam,”
“Sebagai wujud syukur atas nikmat yang telah Allah berikan atas tercapainya kemakmuran dan rezeki yang berlimpah. Semua isi perahu itu menjadi buah tangan sedekah yang akan dibagikan kembali kepada para warga yang ikut mengarak, untuk dimiliki dan dinikmati bersama selepas acara tanpa harus saling berebutan,” pungkasnya. (Panji)
