Komunitas pegiat sejarah Ciledug Archive sukses menggelar talkshow bertajuk “Jejak Sejarah Ciledug Tempo Doeloe” di Gedung Pertemuan Bhayangkara, Sabtu (7/9/2025). Sebanyak kurang lebih 50 peserta hadir menyimak diskusi tersebut.
Ciledug Archive mengundang beberapa pemateri dari kalangan akademisi dan pegiat sejarah, di antaranya adalah Prof. Zeffry Alkatiri yang merupakan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia yang memberikan materinya secara daring. Selain itu, hadir Rico Fajrian dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VIII, Harry Farinuddin akademisi sejarah, serta Satria Tamami yang juga merupakan Ketua Komunitas Ciledug Archive.
Talkshow tersebut membahas pentingnya masyarakat untuk menulis sejarah terutama tentang tempat tinggalnya sendiri. Harry menyebut, dalam konteks Ciledug, sejarah tentangnya masih tersebar dan dituturkan secara lisan. “Masyarakat berhak menulis sejarahnya sendiri untuk memperkaya historiografi wilayah tersebut,” tuturnya
Dalam forum tersebut, para pemateri kompak menyebut Ciledug sebagai wilayah memiliki andil besar dalam sejarah nasional. Salah satunya ditandai dengan Gedung Pertemuan Bhayangkara yang sempat menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van De Bosch pada tahun 1908-1910.
Wilayah Ciledug juga dulu dikenal sebagai daerah penghasil bahan pangan. Dari sinilah diduga Van De Bosch mendapatkan inspirasi untuk melakukan praktik tanam paksa pada masa kolonial.
Salah satu pengunjung, Indah Setiawati, mengaku telah tinggal di Komplek Asrama Polri (Aspol) sejak tahun 1950. Menurutnya, talkshow sejarah tersebut membangkitkan kembali ingatannya tentang kondisi Aspol di masa lalu. “Dari dulu memang gedung pertemuan sudah sering jadi tempat berbagai kegiatan dan pernah direnovasi hingga jadi setinggi sekarang,” tuturnya selepas acara.
Indah merasa, kegiatan tersebut bermanfaat untuk merawat ingatan tentang sejarah. “Semoga bisa sering-sering dilaksanakan acaranya. (Luigi)