Lansia tangguh adalah definisi yang dikembangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang mencakup tujuh dimensi: spiritual, fisik, intelektual, emosional, sosial kemasyarakatan, vokasional, dan lingkungan. Implementasi lansia tangguh bertujuan mewujudkan lansia yang sejahtera, mandiri, dan bermartabat.
Kota Tangerang sendiri memiliki beragam program untuk mewujudkan lansia tangguh, salah satunya adalah Sekolah Lansia yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana. Program ini dilakukan dengan 10 kali kelas pertemuan yang mengedukasi peserta tentang tujuh dimensi lansia tangguh. Hasilnya, sebanyak 390 lansia lulusan program ini berhasil diwisuda pada Rabu (27/8/2025) lalu.
Menurut Buku Pegangan Kader “Lansia Tangguh dengan Tujuh Dimensi” terbitan BKKBN Tahun 2023, definisi lanjut masing-masing dimensi lansia adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Spiritual
Lansia tangguh dimensi spiritual dibutuhkan untuk mengurangi potensi gangguan psikologis yang mungkin dialami oleh orang di usia senja. Dalam usia lanjut perlu bimbingan penguatan dimensi spiritual. Gangguan yang sering dialami di antaranya adalah mengalami kecemasan dan ketakutan serta sering mengenang masa lalu.
Melalui bimbingan agama, lansia kemudian dilatih untuk bisa mendengarkan dengan baik, serta cara-cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan seperti dengan berzikir dan menjalankan ibadah. Mereka juga melatih diri untuk meminta ampunan Tuhan Yang Maha Kuasa serta membaca doa-doa.
2. Dimensi intelektual
Bertambahnya usia diikuti juga dengan penurunan massa otak karena sel-sel syaraf berkurang sehingga lansia menjadi mudah lupa, emosional, dan sulit mengingat sesuatu. Lansia rentan terkena beberapa penyakit seperti Alzheimer yang menyebabkan gangguan memori.
Melalui stimulasi intelektual, lansia dapat mengantisipasi perlambatan kerja otak sehingga otak terus menerus dapat memproses informasi baru. Stimulasi otak ini juga akan meningkatkan daya tahan dan mendorong pembentukan sel-sel baru pada tumbuh lansia.
Pembinaan dimensi intelektual dapat dilakukan dengan aneka permainan, seperti membaca, menulis, bermain teka-teki silang, ataupun catur dan permainan lainnya. Para lansia juga dapat diajarkan aneka keterampilan seperti berkebun dan menjahit untuk tetap memastikan otak terus terstimulasi.
3. Dimensi fisik
Lansia juga mengalami perubahan fisik. Sebanyak 20,71 persen lansia mengalami keluhan kesehatan seperti panas, batuk, pilek, atau penyakit menahun. Ciri fisik lansia berubah dengan fungsi indra yang berkurang, rambut yang memutih, serta gigi yang mulai tanggal. Belum lagi pada perempuan yang mengalami menopause sehingga menyebabkan perubahan hormonal dan emosional.
Dimensi fisik dipelihara dengan menjaga frekuensi aktivitas fisik dan makanan sehat. Lansia didorong untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga lainnya.
4. Dimensi emosional
Masalah mental yang paling sering terjadi pada lansia adalah depresi dan demensia. Sebanyak 61,6% lansia menderita depresi menurut prevalensi global. Penurunan kualitas hidup juga berpengaruh terhadap kesehatan emosional lansia.
Pembinaan yang dilakukan untuk memelihara dimensi emosional antara lain dengan mempersiapkan keluarga dan lansia agar mampu menerima dan mengatasi masalah emosional sehingga lansia bisa memiliki kehidupan yang nyaman di masa tua.
5. Dimensi Sosial Kemasyarakatan
Dimensi sosial kemasyarakatan dimaksudkan agar para lansia memiliki kemampuan merawat diri sendiri, tetap dalam kondisi prima, serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini diwujudkan dengan memberikan pendampingan, penghiburan, serta pemberdayaan masyarakat pada taraf keluarga.
Keluarga bisa mendorong lansia untuk aktif di dalam berbagai kegiatan sosial, seperti kegiatan spiritual keagamaan, bakti sosial, atau kegiatan penyaluran hobi dan bakat. Interaksi sosial pada usia senja akan membuat lansia merasa memiliki peran dalam lingkungan dan memungkinkan peningkatan dalam taraf hidup masyrakat
6. Dimensi vokasional
Dimensi vokasional berhubungan erat dengan pendidikan dan pekerjaan lansia. Riset menunjukkan bahwa lansia yang masih bekerja cenderung lebih bahagia dibandingkan lansia yang tidak bekerja. Akan tetapi, pekerjaan lansia kerap menemui berbagai tantangan sebab mayoritas lansia bekerja di sektor informal.
Keluarga bisa mendorong agar lansia bisa memiliki kegiatan untuk mendukung aspek vokasionalnya. Salah satunya adalah aktif dalam berbagai bidan dan berkontribusi dalam kegiatan masyarakat seperti menjadi guru tamu di organisasi atau sekolah-sekolah rakyat. Keluarga juga dapat mendorong agar lansia mengembangkan pekerjaan dari hobinya supaya bisa tetap produktif dengan melakukan aktivitas yang disukanya.
7. Dimensi lingkungan
Dimensi terakhir berarti lansia yang mampu beradaptasi, menjaga, dan memanfaatkan lingkungannya dengan baik sehingga mendukung ksehatan, kemandirian, serta kualitas hidupnya.
Lingkungan di sini dapat juga meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan, keamanan, serta pemanfaatan lingkungan sekitar.
Sehingga lansia tangguh secara lingkungan tidak hanya tinggal di lingkungan yang sehat dan aman, tetapi juga mampu berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga lingkungan tersebut.
Itulah 7 dimensi lansia tangguh versi BKKBN. Dengan mewujudkan seluruh aspek, maka diharapkan tumbuh lansia yang lebih sejahtera dan bahagia menyongsong usianya yang sudah senja.